Friday, 30 December 2011

Atasi Kemacetan, Jakarta Bangun Sistem Jalan Susun


Untuk mengurai kemacetan di ibu kota DKI Jakarta, selain membenahi sistem transpotasi massal seperti mempercepat pembangunan koridor busway atau Transjakarta, saat ini, Pemprov DKI Jakarta juga tengah membangun dua Jalan Layang Non Tol (JLNT) yakni Antasari-Blok M dan Kampungmelayu-Tanah Abang. Bahkan rencananya Pemprov DKI Jakarta akan membangun jalan susun untuk memenuhi kebutuhan jalan menyusul pertumbuhan kendaraan yang cukup signifikan setiap tahunnya mencapai 11 persen.



Tentunya upaya ini dilakukan sebagai antisipasi menyusul hasil penelitian Japan International Corporation Agency (JICA) dan The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) pada tahun 2000-an yang telah melakukan studi menyimpulkan bahwa Jakarta akan macet total pada tahun 2015.

Sulitnya pembebasan lahan di Jakarta yang membuat pembangunan infrasturuktur jalan menjadi sangat terbatas dan terkesan lambat. Namun, Pemprov DKI akan menyiasati kondisi tersebut dengan memfokuskan pembangunan jalan bersusun. Pembangunan jalan susun lebih dimungkinkan karena tidak perlu lagi membebaskan tanah di tengah semakin terbatasnya lahan kosong di Jakarta.

"Sangat sulit saat ini untuk memperlebar ataupun perluasan jalan, karena proses pembebasan tanahnya yang agak susah. Belum lagi kerap terjadi konflik ketika melakukan pembebasan tanah," kata Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta saat memberikan sambutan dalam Seminar Kebijakan Penataan Ruang Pemprov DKI Jakarta Bagi Pengembangan Dunia Usaha di sebuah hotel di Jakarta Selatan, baru-baru ini.





Menurutnya, dengan pembangunan jalan secara bersusun, pembangunan dimungkinkan dengan bertingkat ke bawah atau ke atas. "Mungkin saja di bawah tanah, atau nanti kita buat 2, 3, bahkan 4 tingkat di atas tanah. Sekarang sudah mulai dibangun di Jl Antasari dan Jl Dr Satrio yang saat ini masih dalam tahap pekerjaan," tambahnya.

Pengembangan pembangunan jalan dalam 5 tahun saja di Jakarta, menurut Fauzi hanya bisa bertambah 6,2 persen. Padahal, Pemprov DKI Jakarta sendiri menargetkan penambahan jalan hingga 10 persen. "Dari data Dinas Perhubungan jumlah kendaraan yang teregistrasi setiap hari di Jakarta ada 1.100 motor dan 290 mobil. Tidak seimbang antara luas jalan dengan perkembangan otomotif," tukasnya.

Untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi, saat ini pihaknya juga mulai merealisasikan alat transportasi massal bus Transjakarta dan Mass Rapid Transit (MRT) yang pertengahan April 2012 sudah dimulai proses pekerjaannya.

Tahap pertama akan melayani rute Lebakbulus-Dukuhatas. Selain itu rencana pembangunan jalur kereta langsung ke bandara juga sedang dalam pengkajian. "Sementara menunggu itu, sekarang kita akan buat regulasi-regulasi yang bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di jalan. Mungkin dengan pembatasan umur kendaraan serta membuat zona khusus untuk beberapa jenis kendaraan. Semua masih dalam kajian para ahli untuk memenimalisir dampaknya," jelasnya.

Sedangkan untuk dua proyek jalan susun yang sedang berlangsung akhir tahun 2011 ini sudah mencapai 50 persen. Dijadwalkan, pembangunan kedua JLNT itu akan rampung pada triwulan tahun 2012 mendatang. Terlebih, saat ini, proses pengerjaan memasuki tahap penyelesaian pengangkatan balok.

Wakil Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta, Novizal mengatakan, pembangunan JLNT terdapat delapan paket. Masing-masing paket pencapaiannya bervariasi, antara 40-50 persen. "Kami perkirakan hingga akhir 2011, pengerjaannya sudah mencapai 50 persen secara keseluruhan. Karena semuanya sesuai dengan yang direncanakan," kata Novizal saat dihubungi 108CSR.com.

Ia menambahkan, setelah pengangkatan balok selesai dilakukan, akan dilanjutkan dengan pembuatan pagar jalan. "Pagar jalan diperlukan, agar para pengendara yang melintas dapat merasakan keamanan dan kenyamanan," ujarnya.

Seperti diketahui, pembangunan dua JLNT oleh Pemprov DKI Jakarta dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan di ibu kota, khususnya saat pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dilakukan. JLNT Antasari-Blok M dibangun sepanjang 5 kilometer yang membentang dari Pasar Cipete hingga Markas Besar Polri di Jl Trunojoyo.

Jalan layang yang terdiri dari lima paket tersebut jugadi lengkapi dengan underpass sepanjang 600 meter, yang sudah dapat dilintasi pada akhir Desember mendatang.

Sementara, untuk JLNT Kampungmelayu-Tanahabang memiliki panjang 3,44 kilometer dengan tiga paket. Pembangunannya kedua jalan layang ini telah dimulai sejak November 2011. Pembangunan berlangsung selama 630 hari atau 1 tahun 7,5 bulan dengan masa perawatan selama 180 hari.

"Kami perkirakan pembangunannya bisa selesai tepat waktu. Sehingga segera dapat digunakan oleh masyarakat. Diharapkan dengan di gunakannya jalan layang ini mampu menguragi kemacetan di ibu kota," tandasnya. (jek)





sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=12281615

No comments:

Post a Comment